Senin, 07 Mei 2012

Apa jadinya

Saya ini mungkin memang melankolik. Saya terlalu sering mengharapkan sesuatu itu terjadi seperti apa yang saya inginkan dan saya harapkan. Seolah dunia ini standarnya adalah yang baik saja. Saya menjadi sedih ketika apa yang saya harapkan tentang sesuatu itu tidak berjalan seperti yang seharusnya.
Sebagai pendidik saya sering menilai banyak orang, mulai dari murid sampai orang-orang yang ada di sekeliling saya. Jengkel sekali rasanya saat melihat aksi-aksi egois mereka. Ketika sebagian besar orang cuma memikirkan kenyamanan dan kepentingannya saja. Saya bingung ke mana mereka simpan nurani mereka? Ke mana mereka arahkan perasaan mereka?
Bisa dibayangkan apa jadinya bangsa ini jika pendidik yang sudah seharusnya tidak boleh egois tapi justru malah egois akut. Apa jadinya siswa didik? Jika pendidiknya saja tidak ada kepedulian? Tentu siswa akan mempunyai sikap yang tidak berbeda jauh dengan apa yang mereka temui sehari-hari. Ini bahaya sekali. Ketika egois menjadi bagian yang erat dengan sikap pendidik. Jujur saja, saya sangat takut melihat kenyataan ini
Banyak hal kecil yang mungkin luput dari perhatian pendidik tentang sikap egois mereka. Ketika pendidik tidak peduli, ketika pendidik egois. Mana mungkin pantas pendidik menjadi panutan bagi siswa-siswanya.
Saya cuma bisa menyerukan, ayolah mulai berupaya untuk mengubah pola sikap dan pola pikir kita. Sebab dengan demikian sedikit demi sedikit akan terjadi perubahan dalam diri dengan niscaya. Tabik!

Jumat, 20 April 2012

MERANTAU
Saya ini bukan pehobi film. Tapi sudah dua malam ini saya menonton 2 film Indonesia yang berbeda. Satu dari dua film yang saya tonton itu adalah "Merantau". Cukup baik menurut saya film itu. Tapi sayang jangan-jangan film itu akan memberika efek ataupun pandangan yang buruk terhadap konsep merantau itu sendiri. Film yang dibintangi oleh seorang atlet silat ini cukup membuat penonton deg-degan. Sebab memang adegan demi adegan yang ditampilkan adalah pertarungan.
Konsep merantau hampir dikenal oleh seluruh suku yang ada di Nusantara. Terlebih lagi jika secara geografis tempat tinggal suku itu berada pada suatu tempat yang gersang, tandus, dan tidak subur. Sehingga sulit untuk mempertahankan hidup di situ. Maka, merantaulah anak-anak mereka untuk mencari tempat baru dan penghidupan yang lebih layak. Suku-suku di Sumatera, Sulawesi, mengenal sekali konsep merantau ini.
Tapi sayang, konsep merantau yang secara luhur dimaksudkan untuk mencari kehidupan yang lebih baik, sehingga terjadi perubahan derajat hidupnya baik secara sosial maupun ekonomi tidak ditampilkan secara nyata dalam film "Merantau". Dalam film ini seolah makna merantau itu menjadi sesuatu yang buruk. Sebab tokoh utama dalam film itu harus mati. Padahal jelas sekali apa yang diperjuangkannya bukan satu hal yang hakiki. Bukan satu hal yang menjadi landasan utama, mengapa merantau harus dijalankan.
Tokoh utama dalam film ini mati begitu saja sebab menolognseorang perempuan yang tidak ada kaitan sama sekali dengan tujuan utamanya merantau. Ini yang menjadi permasalahan. Konsep merantau seolah sedang didekonstrusikan sedemikian rupa sehingga yang ditampilkan adalah oposisi biner dari konsep luhur merantau itu sendiri. Dalam tataran struktur film ini menampilkan latar yang hanya sekejap saja. Sama halnya dengan latar sebuah cerpen. Bahkan pengisahan dari film ini cuma bertitik kepada satu orang tokoh utama. Menurut saya itulah kekurangan dari film ini.
Tapi secara umum film ini telah berusaha untuk mengusung konsep kearifan lokal dalam tataran sinematografi masa kini. Hal ini patut untuk diapresiasi, mengingat bisnis sinematografi kini disibukkan dengan konsep dan tema kekinian yang jauh dari identitas lokal masyarakat Indonesia.

Minggu, 25 Maret 2012

Pantai Tanjung Setia
Terletak di sepanjang pantai barat Lampung yang terpencil dan di luar hutan lebat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, terdapat sebuah surga memesona yang tersembunyi di sisi laut. Tempat indah ini disebut Pantai Tanjung Setia.
Meskipun tidak begitu dikenal tetapi ombak di Pantai Tanjung Setia disebut-sebut sebagai salah satu ombak terbaik di dunia oleh peselancar dari seluruh dunia. Ombaknya sejajar dengan yang ada di Hawaii. Lokasi-lokasi menyelam di sini dinilai legendaris di kalangan penggila selam.





Berlokasi sejauh 273 km atau 6-7 jam berkendara dari ibu kota provinsi Lampung, di Pekon Bumi Agung Desa Tanjung Setia , Kabupaten Lampung Barat, Pantai Tanjung Setia tepat berada di jalur arus besar Samudera Hindia yang menjadikan pantai ini memiliki ombak yang konstan. Meskipun demikian, pantai ini sendiri belum cukup dikenal seperti Kuta, Lombong, ataupun Nias. Akan tetapi, ombaknya yang sempurna sangat cocok untuk kegiatan berselancar.
Ombak sempurna memanjakan peselancar di pantai ini yang biasanya berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus. Ombak di pantai ini yang bisa mencapai hingga ketinggian 6 hingga 7 meter dengan panjang mencapai 200 meter. Kondisi tersebut menjadikan pantai ini sebagai taman bermain bagi para peselancar dari berbagai belahan dunia. Di sinilah peselancar menemukan habitatnya dengan penunggang papan selancar menjajal ombak penuh tantangan. Mereka  biasanya tinggal selama dua minggu, menunggu ombak besar dan sempurna menjemput ke lautan.
Tanjung Setia juga menawarkan lingkungan sekitar yang masih alami dan beberapa keindahan alam yang menakjubkan. Pasir putihnya halus dan terhampar di sepanjang pesisir pantai. Matahari terbenam yang sangat indah menawarkan atraksi menarik di samping gelombang menantang. Tepi Pantai Tanjung Setia juga dihiasi oleh rimbunnya pepohonan palem yang memberikan pemandangan indah dan suasana santai selagi menunggu ombak datang. 
Jauh dari garis pantai dan gelombang yang mengamuk, di lepas Pantai Tanjung Setia menunggu pehobi mancing untuk menemukan harta karun mereka. Di lepas pantai terdapat beberapa koleksi ikan seperti ikan blue marlin raksasa. Ikan ini secara lokal diberi nama Iwa Tuhuk. Ikan Blue Marlin raksasa di sini dapat mencapai berat antara 50 sampai 70 kilogram dan berukuran sampai 170 cm. Sensasi memancing melawan perlawanan ikan ini di kail pancing Anda merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Mengingat keindahan yang masih belum tersentuh dan lokasi strategis yang terpencil, membuat pantai ini disebut sebagai mutiara tersembunyi yang paling sempurna. Perairan dan  gelombangnya yang memanjakan dan menantang dikombinasikan dengan suasananya yang sepi menjadikan pantai ini sebagai tujuan wisata yang sempurna baik untuk pencari kegiatan yang memompa adrenalin maupun pencari liburan.

Kamis, 22 Maret 2012

Nina 
Acara fokus pagi di Indosiar menjadi acara favorit saya setiap pagi. Sebab sebagai educator tentu saya harus terus mencari informasi tentang pendidikan. Pagi ini sekolah yang diundang adalah sekolah yang dikelola AOC IPI. Sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak pemulung yang ada di sekitar lokasi tempat pembuangan sampah akhir Bantar Gebang Bekasi. Jenjang SD, SMP, dan SMA yang diberikan melalui Kejar Paker A, B, dan C. 
Satu siswi Paket A,  Nina namanya. Ada semacam benjolan besar yang tumbuh dikeningnya. Kata orang tuanya yang sudah mencoba untuk membawanya ke dokter, dibutuhkan uang 10 juta  untuk mengoperasi benjolan itu. Agak terharu Nina menangis tadi pagi. 
Tentu uang 10 juta terlalu besar bagi orang-orang kaya yang punya harta miliaran Rupiah. Tapi entahlah apakah mereka yang sedang menonton acara itu dan memang punya banyak uang rela menyumbangkannya untuk Nina.
Semoga.
Tanjung Karang - Teluk Betung
Saya dilahirkan di Tanjung Karang (Bandar Lampung). Dahulu kala kota ini merupakan kota kembar di Provinsi Lampung. Kembarannya adalah kota Teluk Betung. Dua kota ini merupakan saksi dari ganasnya gelombang tsunami dan gempa bumi si Krakatau pada Agusutus 1883. Banyak kenangan yang saya lalui di kota kelahiran saya itu. Secara umum udara di Bandar Lampung agak panas. Memang kota ini bukan kota besar tapi cukup kondusif untuk ditinggali. Banyak pilihan makanan yang enak-enak dengan harga yang murah meriah. Bila menengok makanan di daerah yang banyak ditinggali penduduk etnis Tiong Hwa maka lidah kita akan dimanjakan oleh kelezatan kuliner khas mereka. Untuk berkeliling kota ini cukup nikmat bila menggunakan sepeda motor sebab kita dapat menjangkau daerah-daerah yang agak sedikit jauh dengan cepat. 
Ada satu tempat yang cukup terkenal di kota ini. Simpur nama tempatnya. Pada tahun 80-an ada plaza pertama yang berdiri di sini "Bandar Lampung Plaza" namanya. Setelah itu dibangun kembali sebuah supermarket "King Supermarket" kala itu sungguh luar biasa rasanya bila berbelanja ke plaza atau supermarket itu. Kini daerah Simpur sudah agak berubah. Kecuali toko-toko sepatu yang tetap masih berdiri hingga saat ini. Ketika saya masih sekolah saya selalu membeli sepatu di toko-toko itu saat tahun ajaran baru. "King Supermarket" sudah dibangun menjadi sebuah plaza yang ramai dengan aneka jajaan dagangan. Mulai dari tekstil sampai komputer. Tak ketinggalan tempat makan di lantai paling atas. Di sekitar Simpur ada du gang kecil yang lazim disebut "Lorong King". Di sini akan kita jumpai aneka makanan enak. Ada empek-empek, bakso, batagaor, es campur, gado-gado, rasanya jangan ditanya. Harganya boleh bersaing sebab sangat terjangkau dengan ukuran rasa yang luar biasa. Sebagai kota yang tidak begitu besar di Bandar Lampung cuma ada dua Plaza yang cukup ramai saat ini yaitu "Central Plaza" dan "Mal Kartini". Jarak kedua tempat ini sangat bedekatan. Bila berkunjung ke kota Bandar Lampung jangan lupa juga kunjungi Teluk Betung. Kota yang berada di sisi pantai dengan beberapa titik yang cukup bergunung membuat nuansa nyaman. ada beberapa pasar tradisional yang menjual makanan-makanan enak lagi murah. Selain itu di Teluk Betung ada satu toko oleh-oleh khas Lampung "Yen Yen" nama tokonya. Sila kunjungi bila datang.  Selain etnis Tiong Hwa ada juga etnis Arab yang tinggal di wilayah ini. Biasanya mereka menjual tekstil atau kain. Ada satu Vihara besar disini, sebab etnis Tiong Hwa cukup banyak di Teluk Betung-Tanjung Karang.
Itulah sekelumit cerita tentang Tanjung Karang-Teluk Betung. Sila dibaca!
a. Pemandangan Kota Bandar Lampung di malam hari

b. Pemandangan salah satu sisi Kota Bandar Lampung yang mengarah ke sisi laut
Tragedi Kaos Kaki
 Mungkin kaos kaki bagi sebagian orang Indonesia bukan perkakas pakaian yang penting. Bahkan ada yang memakai satu kaos kaki untuk berhari-hari. Jadi, ketika sepatu dibuka luar biasa baunya. Tragedi ini bermula ketika saya pulang ke rumah untuk istirahat siang. Setelah melepas sepatu dan kaos kaki, saya pun merebahkan diri di tempat tidur. Memang ketika saya melintas di ruang tamu saya sudah melihat sepasang kaos kaki serupa dengan milik saya. Tapi apa peduli saya dengan kaos kaki itu.
Istirahat sekira 30 menit sayapun beranjak lagi untuk segera pergi lagi ke tempat bekerja. Tanpa saya sadari saya memakai kaos kaki hitam yang tergeletak diruang tamu. Memang agak berbeda saya rasakan ketika memakai kaos kaki itu. Tapi saya tidak begitu mempedulikannya. 
Sampai saya kembali lagi ke rumah pada sore harinya, saya baru menyadari bahwa kaos kaki yang saya pakai tadi siang adalah kaos kaki yang sudah dipakai oleh teman saya. Pantas saja kaos kaki itu ketika saya pakai terasa agak besar dan kendor. Untungnya kaki teman saya itu tidak bau, seandainya bau pasti saya sudah dibasmi dengan kebusukan yang luar biasa. 
Sejak kejadian itu, teman yang tinggal satu rumah dengan saya, menganggap itulah kelemahan saya. "Baiklah saya sudah memegang satu kesalah fatal yang kamu lakukan". Begitu ucapnya, jadi bila suatu waktu saya berbuat agak sedikit "sombong" atau "mencemooh" maka dia mempunya senjata ampuh untuk mengalahkan saya dengan tragedi kaos kaki itu.


Suku Lampung
Secara geografi yang disebut dengan suku Lampung adalah orang-orang yang tinggal di wilayah Lampung yang berbatasan dengan Bengkulu, Sumatera Selatan dan sebagian Banten. Secara budaya suku lampung selain mendiami wilayah Lampung itu sendiri ada pula di sebagian wilayah Banten (Cikoneng) dan perbatasan Sumatera Selatan. 
Secara garis besar masyrakat Lampung terbagi ke dalam dua sub suku yaitu, Lampung Pepadun dan Lampung Peminggir. Lampung Pepadun mendiami wilayah pedalaman (tidak di sekitar pesisir pantai), sementara Lampung Peminggir mendiami wilayah pesisir.  Mulai dari barat hingga selatan. Sementara itu masyarakat yang mendiami wilayah pesisir pantai timur masuk ke dalam golongan sub suku Lampung Pepadun.
Ada dua dialek bahasa yang berkembang di wilayah ini, yaitu dialek "api" dan dialek "nyow". Semua masyarakat suku Lampung Peminggir berdialek "api", dan hampir semua masyarakat Lampung Pepadun berdialek "nyow". Hanya sebagian saja dari masyarakat Lampung Pepadun yang berdialek api, yaitu masyarakat Lampung yang mendiami wilayah Way Kanan dan Sungkay Bunga Mayang. Itulah sekelumit tentag suku Lampung. Bila ada sempat waktu lebih banyak tentu akan berbagi cerita lebih lagi. 
a. Ini merupakan pakaian pengantin Lampung Saibatin. Secara geografis meliputi wilayah pesisir barat Provinsi Lampung. Mahkota pakaian perempuan disebut dng Siger berbunga bambu.

 b. Ini merupakan pakaian adat Lampung Pepadun. Secara geografis terletak di wilayah pedalaman Provinsi Lampung. Mahkota pakaian perempuan disebut Siger Suhun Bebulang Taji. Gerigi dari Siger terdiri atas 9 gerigi, yang menandakan adanya 9 kebuaian (marga)

c. Ini merupakan pakaian adat Lampung Melinting. Secara geografis wilayah Melinting ada di Pesisir Timur Provinsi Lampung. Mahkota (Siger) pakaian Pengantin ini ada juntaian bunga padi.

Dayak Bakumpai

Dayak Bakumpai merupakan sub suku dari Dayak Ngaju. Dayak Bakumpai secara geografis mendiami wilayah sepanjang aliran sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. yaitu dari kota Marabahan(sebagai pusatnya) sampai kota Puruk Cahu dan Murung Raya. Secara budaya suku Dayak Bakumpai mendapat banyak pengaruh dari suku Banjar. Tapi, secara bahasa Suku Bakumpai memiliki kedekatan dengan suku Dayak Ngaju. Secara umum suku Dayak Bakumpai beragama Islam, budaya religi Kaharingan sudah hampir tidak tampak lagi.
Nama Bakumpai itu sendiri berasal dari kata "ba" (dalam bahasa Banjar artinya: memiliki) dan "kumpai" (dalam bahasa Banjar artinya: rumput). Dari penamaan ini ditarik sebuah penafsiran bahwa suku Dayak Bakumpai ini mendiami wilayah yang memiliki banyak rumput. Menurut cerita turun temurun asal muasal suku Dayak Bakumpai adalah dari suku Dayak Ngaju yang akhirnya berhijrah ke negeri yang sekarang disebut dengan Marabahan.
Sengaja informasi tentang Dayak Bakumpai ini dipublikasikan di dalam blog ini. Sebab, saat ini penulis sedang hijrah untuk sementara di wilayah orang-orang Bakumpai. 
 

Rabu, 21 Maret 2012

The View of Barito (South Kalimantan) River


 BBM VS Tomcat
Kisruh penolakan upaya kenaikan harga BBM telah terjadi di mana-mana. Mahasiswa dan buruh melakukan demosntrasi guna menolak itu. Bahkan buruhpun mengancam akan menutup Bandara Soekarno-Hatta bila pada tanggal 1 April nanti BBM benar-benar dinaikkan. Kaum buruh merasa merekalah yang akan sangat terkena dari dampak kenaikan itu. Tapi, hingga hari ini tampaknya para petinggi ataupun pengambil kebijakan belum juga bergeming. Mereka masih tetap teguh dengan pendiriannya.
Sebagai bagian dari bangsa ini, buruh adalah golongan yang paling merasakan akibat buruk dari kebijakan kenaikan harga BBM. Tentu pemerintah tahu berapa upah yang dibayarakan untuk buruh. Padahal sudah barang tentu kenaikan BBM akan berdampak ke segala aspek kehidupan. Kenaikan harga BBM akan menyebabkan naiknya  biaya transportasi, sewa kamar/rumah/kontrakan, dan sandang. Artinya, dengan kenaikan BBM ini seharusnya diiringi dengan kenaikan upah yang signifikan bukan sekadar 10 atau 20 %.
Tapi, apalah artinya demonstrasi yang dilakukan oleh kaum marjinal. Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa yang konon adalah agen perubahan saja tidak memberikan pengaruh apapun juga. padahal, hampir semua mahasiswa di Indonesiapun telah melakukan upaya penolakan kenaikan BBM itu. Baku hantam antar mereka dengan polisi pun sudah terjadi. 
Dari cerita BBM ke cerita Tomcat, si serangga yang sedang bertamu ke wilayah Jawa Timur. Kalau tak salah sejak kemarin mereka sudah tiba di Jawa Barat.  Gatal, perih, dan luka bakar yang disebabkan cairannya telah banyak menimpa orang-orang di wilayah itu. Entahlah, apakah Tomcat akan berkunjung ke Jakarta atau tidak kita semua belum tahu. Yang jelas kehadirannya sedikit banyak telah mampu mengalihkan perhatian masyarakat dari isu kenaikan BBM ke Tomcat yang ganas.
Intinya demikian, Tomcat menyebabkan kulit terluka bakar karena cairannya, sementara upaya menaikkan BBM menyebabkan manusia terbakar amarah. Sama-sama cairan yang membuat "gila"!